Jakarta -
Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno mengapresiasi langkah inisiatif Presiden Prabowo Subianto dalam menjalin kerja sama bioetanol dengan Brasil. Hal ini dinilai sebagai gebrakan yang penting, menuju ketahanan energi nasional.
Eddy menyebut kerja sama ini salah satu dari visi Presiden Prabowo untuk membangun kedaulatan energi nasional yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
"Langkah ini mengukuhkan komitmen Presiden Prabowo untuk mewujudkan ketahanan energi. Kerja sama dengan Brasil, salah satu produsen bioetanol terbesar dunia, merupakan langkah strategis yang akan memperkuat ketahanan energi kita sekaligus mempercepat transisi menuju energi bersih," ujar Eddy dalam keterangannya, Sabtu (12/7/2025)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perlu diketahui, Brasil saat ini dikenal sebagai pionir dalam pengembangan bioetanol berbasis tebu, dengan kapasitas produksi mencapai 30 miliar liter per tahun. Selain itu, negara tersebut juga memanfaatkan residu tebu atau bagasse sebagai sumber energi. Hasilnya mampu menghasilkan rasio energi bersih hingga 8:1, jauh lebih efisien dibandingkan bioetanol berbasis jagung di Amerika Serikat.
Sementara itu, Indonesia tengah menargetkan implementasi campuran 10 persen bioetanol (E10) dalam bahan bakar minyak pada tahun 2030, dengan target produksi nasional sebesar 1,2 miliar liter per tahun. Namun, hingga saat ini, kapasitas produksi domestik baru mencapai sekitar 290 ribu kiloliter per tahun, yang sebagian besar berasal dari molase, hasil samping industri gula.
"Presiden Prabowo mengimplementasikan visi ketahanan energi dalam asta agar Indonesia berdiri di atas kaki sendiri di sektor energi, namun tetap terbuka terhadap kolaborasi. Ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga bentuk kepemimpinan global dalam ekonomi hijau," lanjutnya.
Dengan Indonesia yang kini resmi menjadi anggota BRICS, Eddy menilai kerja sama dengan Brasil sebagai peluang emas untuk memperkuat transfer teknologi, membangun infrastruktur biofuel, serta menciptakan lapangan kerja hijau di sektor energi baru dan terbarukan.
Eddy juga menegaskan bahwa langkah ini sejalan dengan visi besar Asta Cita Presiden Prabowo-Gibran, khususnya dalam cita-cita menjadikan Indonesia sebagai raja energi hijau dunia. Menurutnya, pengembangan bioetanol, bersama dengan inisiatif lain seperti bioavtur, hidrogen, dan energi terbarukan, adalah fondasi penting menuju transformasi ekonomi hijau nasional.
"Presiden Prabowo telah mencantumkan secara tegas dalam Asta Cita bahwa Indonesia harus menjadi raja energi hijau dunia. Ini bukan sekadar ambisi, tapi peta jalan yang harus kita eksekusi secara nyata. Kerja sama dengan Brasil adalah langkah awal yang konkret," tegasnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti sejumlah tantangan utama pengembangan bioetanol di dalam negeri, seperti keterbatasan bahan baku, harga molase yang fluktuatif, serta belum optimalnya pemanfaatan limbah selulosa sebagai feedstock alternatif. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya kerja sama internasional untuk mempercepat transformasi energi nasional.
"Kolaborasi ini bukan hanya akan mengurangi ketergantungan pada BBM fosil, tapi juga menjadi jawaban konkret atas tantangan perubahan iklim. Ini bukti bahwa Presiden Prabowo tidak hanya berbicara soal kedaulatan energi, tetapi juga menunjukkan eksekusi nyata di lapangan," pungkas Eddy.
(prf/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini