Perseteruan Dua Kerajaan Islam, Sultan Mataram Serang Banten dengan Persetujuan Belanda

7 hours ago 1

loading...

Dua kerajaan Islam besar di Pulau Jawa yakni Mataram dan Banten berperang. Foto/SindoNews

SEMARANG - Dua kerajaan Islam besar di Pulau Jawa yakni Mataram dan Banten berperang. Peperangan ini terjadi saat Mataram diperintahkan oleh Sultan Amangkurat I , sebagai raja nenggantikan ayahnya Sultan Agung. Serangan diinisiasi oleh Mataram karena Sang Sultan punya alasan kuat.

Menurut Sultan Mataram, ia tak tahan lagi melihat kesombongan orang Banten. Bahkan konon Sultan Amangkurat I juga merasa tersinggung dengan pelanggaran yang dilakukan Banten terhadap rakyat Mataram. Saat itu dikisahkan Banten membunuh rakyatnya di wilayahnya sendiri.

Tetapi atas nasehat Tumenggung Pati, ia akan memberitahukan rencananya tersebut ke pihak Belanda terlebih dahulu. Menurut Tumenggung Pati, tidak mungkin dapat diserang Banten, tanpa persetujuan Batavia.

Baca juga: Meriam Kematian Tanda Arogansi Penguasa Mataram ketika Bertahta

Dikutip SindoNews, Selasa (13/5/2025) dari H.J. De Graaf pada "Disintegrasi Mataram: Di bawah Mangkurat I", penguasa Mataram berhasrat agar Banten bisa tunduk ke Mataram, dan jadi wilayah bawahannya. Hal ini ternyata jelas terjadi ketika Kepala Daerah Semarang menyita dua perahu Banten.

Kemudian menyuruh para penumpangnya pulang kembali, setelah disediakan bagi mereka sebuah perahu tua dengan sedikit air dan beras. Mereka menyampaikan pesan kepada Sultan Mataram bahwa kalau ia tidak cepat-cepat datang untuk memberi sembah kepada Sunan, maka bentengnya akan dihancurkan. Sultan sudah tentu tidak datang.

Baca juga: Kisah Perang Dahsyat Mataram Gempur Blambangan dengan Mengerahkan Meriam Raksasa

Beberapa waktu kemudian terdapat berita yang menyatakan bahwa Sunan sekitar awal November 1657, disaksikan oleh keempat penguasa pantai mengusulkan untuk mengirimkan tentara ke Banten guna menaklukkannya. Mungkin ini akan benar-benar terjadi, kalau Tumenggung Pati tidak memberanikan diri untuk berkata bahwa mereka harus dimaafkan karena menganut agama yang sama.

Perselisihan-perselisihan hanya timbul di kalangan rakyat biasa. Tetapi Tumenggung Pati itu merasa pasti, dan berani mengemukakan dirinya sebagai jaminan, bahwa Sultan Banten hanya berusaha supaya tidak kehilangan muka di hadapan Susuhunan.

Untuk mendukung pernyataannya ini dikemukakannya alasan-alasan lain. Sesungguhnya ia dapat pula menambahkan keterangan bahwa waktunya sudah menjelang akhir tahun, dan bahkan akan merupakan tindakan nekat untuk melakukan serangan terhadap Banten tanpa bantuan Pemerintah Kompeni. Setelah itu serangan besar terhadap Banten ditangguhkan, dan sebuah ekspedisi kecil sajalah yang dikirimkan ke Karawang.

(cip)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |