Perang Panas Trump dan Iran Bisa Picu Kiamat Inflasi?

1 day ago 4

loading...

Presiden AS Donald Trump. Foto/tasnim

WASHINGTON - Pendekatan ala ultimatum Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk meninjau kembali perundingan nuklir dengan Iran memicu eskalasi ketegangan baru.

Hal itu terjadi dengan latar belakang tarif dan perang dagang Presiden AS dengan Eropa, China, dan negara-negara lain.

“Pembalasan Iran terhadap serangan militer AS dapat memutus jalur minyak seperti Selat Hormuz dan Bab al-Mandeb di Laut Merah, melumpuhkan pasokan dunia,” ungkap pakar energi Dr Mamdouh G Salameh kepada Sputnik.

"Hal ini akan segera berdampak pada 20 juta barel minyak per hari dan 77 juta ton LNG Qatar yang melewati Selat Hormuz," ujar ekonom minyak internasional tersebut.

Harga minyak mentah Brent awalnya dapat melonjak hingga USD110-USD115 per barel.

Hal yang sama akan berlaku untuk harga LNG, dengan Eropa yang paling terpukul.

Pertumbuhan ekonomi global dapat terpangkas 2%-3% jika gangguan berlangsung selama 2-3 bulan.

“Konflik dengan Iran di tengah perang tarif yang tidak mungkin dimenangkan AS dapat memicu spiral inflasi yang akan berdampak pada setiap rumah tangga Amerika,” papar pakar tersebut.

Dr Mamdouh G Salameh mengklarifikasi bahwa, “AS sangat bergantung pada impor, mengimpor barang senilai USD4,0 triliun pada tahun 2024.”

“Sektor manufaktur AS telah menyusut selama bertahun-tahun, mencapai 10% dari PDB AS pada tahun 2024 dibandingkan dengan 30% untuk China,” ujar dia.

Federal Reserve merevisi naik target inflasi AS pada tahun 2025 dari 2,5% menjadi 2,7%.

Federal Reserve juga menurunkan target tingkat pertumbuhan AS pada tahun 2025 dari 2,1% menjadi 1,7% dengan menyalahkan revisi tersebut pada tarif Trump.

(sya)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |