Jakarta -
Menteri Kebudayaan RI (Menbud) Fadli Zon meluncurkan Buku Kartu Pos Bergambar Samarangh yang diselenggarakan di Gedung Oudetrap, Kawasan Kota Lama Semarang. Dalam sambutannya, Fadli menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang atas dukungan dan ruang yang diberikan untuk kegiatan kebudayaan di kawasan Kota Lama.
Menurut Fadli, Kota Lama Semarang merupakan penanda penting perjalanan sejarah Kota Semarang. Ia menegaskan pentingnya pelestarian memori visual sejarah sebagai bagian dari upaya memahami perjalanan panjang sebuah kota.
"Kota Lama adalah bagian dari ingatan kolektif Semarang. Kota ini memiliki sejarah yang sangat panjang, mulai dari kota pelabuhan, kota dagang, hingga menjadi simpul penting aktivitas perdagangan rempah-rempah pada masanya," ujar Fadli, dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/12/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kegiatan yang dilaksanakan melalui sinergi antara Kemenbud dan Pemkot Semarang ini merupakan bagian dari komitmen bersama dalam upaya pelestarian, pendokumentasian, serta penguatan nilai-nilai budaya melalui medium literasi visual dan sejarah.
Acara peluncuran buku juga dilengkapi dengan pameran temporer 'Potret Semarang dalam Bingkai Kartu Pos' yang dilaksanakan selama tujuh hari pada 19-26 Desember 2025. Semarang juga tercatat sebagai kota yang dilalui banyak tokoh bangsa sejak masa pergerakan nasional, termasuk Sarekat Islam di Semarang.
Selain itu, kota ini memiliki peran strategis dalam sejarah industri nasional, salah satunya sebagai tempat lahirnya perkeretaapian pertama di Indonesia.
Fadli juga menjelaskan kegiatan ini tidak hanya mempertemukan para penggemar sejarah, tetapi juga para filatelis dan pecinta memori visual masa lalu. Fadli menekankan kartu pos merupakan medium penting dalam merekam wajah kota, bangunan, jalan, serta kehidupan sosial pada masanya.
"Kartu pos, prangko, dan cap pos bukan sekadar benda koleksi. Semua itu bercerita," kata Fadli.
"Dari sana kita bisa membaca sejarah kota, teknik fotografi, hingga dinamika sosial pada zamannya," tambahnya.
Sebagai seorang filatelis, Fadli mengungkapkan dirinya telah mengumpulkan sekitar 7.000 hingga 8.000 kartu pos dari berbagai wilayah di Indonesia. Koleksi tersebut diklasifikasikan berdasarkan kota, dengan jumlah terbanyak berasal dari kota-kota besar seperti Batavia, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, dan Bukittinggi yang dahulu dikenal sebagai Fort de Kock.
Koleksi kartu pos tersebut kemudian dikembangkan melalui riset dan kajian mendalam agar tidak hanya menampilkan gambar, tetapi juga menghadirkan narasi sejarah di baliknya.
Buku yang diluncurkan pada Jumat (19/12) ini merupakan buku ketiga dalam rangkaian buku kartu pos bergambar yang disusun Fadli, setelah sebelumnya menerbitkan buku tentang Buitenzorg (Bogor) dan Fort de Kock (Bukittinggi).
"Buku ini tentu belum sempurna, tetapi kami ingin kartu pos ini berbicara dan bercerita. Di balik setiap gambar, ada kisah tentang bangunan yang mungkin sudah tidak ada, tokoh-tokoh sejarah, hingga dinamika global pada masanya," ujar Fadli.
Penggunaan ejaan lama 'Samarangh' dalam buku tersebut dijelaskan sebagai upaya menghadirkan ingatan historis.
"Penggunaan ejaan 'Samarangh' bukan untuk mengubah nama, tetapi sebagai pengingat sejarah dan agar lebih melekat dalam ingatan. Ke depan, akan ada buku-buku lain tentang Yogyakarta, Bandung, Batavia, dan kota-kota lainnya, dengan target sekitar sepuluh buku", jelas Fadli.
Fadli menyampaikan harapannya Buku Kartu Pos Bergambar Semarangh dapat memperkaya khazanah kota Semarang.
"Saya berharap buku ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan tentang kota Semarang. Ke depan, gambar-gambar kartu pos ini juga dapat dikembangkan, diperbesar, dan didistribusikan sebagai bagian dari narasi visual sejarah, menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan," kata Fadli.
Senada, Wali Kota (Walkot) Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti juga menyebutkan buku ini diharapkan mampu menyentuh emosi serta membangkitkan kecintaan masyarakat Semarang terhadap sejarah kota.
Melalui karya-karya visual yang ditampilkan, pengunjung diajak menelusuri cerita masa lalu Kota Semarang, melihat perubahan ruang kota, serta memahami dinamika sejarah hanya melalui gambar.
"Melalui karya-karya ini, kita tidak hanya melihat gambar, tetapi juga membaca cerita tentang bagaimana kondisi sebuah jalan di masa lalu dan bagaimana keadaannya sekarang," ujar Agustina.
Sebagai informasi, Peluncuran Buku Kartu Pos Bergambar Semarangh turut dihadiri oleh Walkot Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti; Forkopimda Provinsi Jawa Tengah (Jateng); Forkopimda Kota Semarang; Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X Manggar Sari Ayuati; Ketua Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) Jateng Budi Prayitno; para akademisi, komunitas filatelis, komunitas sejarah, budayawan, dan seniman.
(akn/ega)


















































