Jakarta -
Kementerian Transmigrasi dan Kementerian Perindustrian menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama pengembangan 154 kawasan transmigrasi. Kerja sama ini bertujuan untuk mengintegrasikan sumber daya transmigrasi dengan keunggulan industri, seperti modal, teknologi, dan akses pasar guna mendorong terbentuknya sentra industri baru di kawasan transmigrasi.
"Penandatanganan kerja sama ini juga sengaja disaksikan oleh Bapak Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan agar pembangunan kawasan industri di wilayah transmigrasi mendapat dukungan penuh infrastruktur baik jalan, listrik, pelabuhan, dan konektivitas lainnya. Oleh karena itu atas nama Kementerian Transmigrasi kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Menko dan seluruh jajaran serta Menteri Perindustrian atas terselenggaranya acara hari ini," tutur Menteri Transmigrasi M. Iftitah Sulaiman Suryanagara dalam keterangan tertulis, Sabtu (27/9/2025).
Iftitah menjelaskan kerja sama antara Kementerian Transmigrasi dengan Kementerian Perindustrian merupakan bagian dari program Trans Gotong Royong. Dalam hal ini, Kementrans membutuhkan mitra industri karena mempunyai tiga keunggulan, yakni akses permodalan, teknologi, dan posisi sebagai offtaker. Sementara kekuatan transmigrasi yakni lahan dan manusia sebagai tenaga kerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dua hal yang sangat dibutuhkan oleh industri. Inilah titik temu kita. Transmigrasi dan industri kita kawinkan untuk melahirkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru," kata Iftitah.
Sementara Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan penandatanganan nota kesepahaman ini memperkuat sinergi antara pengembangan industri dan program transmigrasi.
Adapun ruang lingkup kerja sama ini mencakup pengembangan industri di kawasan transmigrasi hingga pemberdayaan masyarakat dan sumber daya lokal di kawasan transmigrasi. Kemudian, pengembangan sumber daya manusia demi terwujudnya kawasan transmigrasi yang terintegrasi dengan basis industri.
"Dengan ruang lingkup tersebut, maka nota kesepakatan ini atau nota kesepahaman ini sejalan dengan visi besar dari Bapak Presiden melalui Asta Cita. Pelaksanaan MoU ini juga diharapkan dapat berkonsekusi pada terwujudnya Asta Cita, khususnya Asta Cita nomor 5, yaitu melanjutkan hilirisasi industri berbasis sumber daya alam untuk menciptakan nilai tambah di dalam negeri, serta juga Asta Cita yang ke-6, yaitu membangun dari desa dan dari bawah demi pertumbuhan ekonomi, demi pemerataan, serta pengentasan kemiskinan," kata Agus.
"Jadi kami berharap ini tidak hanya menghadirkan sinergi antara dua kementerian, Kementerian Transmigrasi dan Perindustrian, tapi juga ini merupakan langkah nyata kita dalam mewujudkan Asta Cita kita Indonesia Emas pada tahun 2045," sambungnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pun mengapresiasi kerja sama yang akan dilakukan. Menurutnya, hal ini sejalan dengan target Presiden RI Prabowo Subianto, dimana kerja sama ini akan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru
"Tadi sudah kita saksikan bersama penandatanganan MoU, nota kesepahaman antara dua kementerian yang strategis, karena berbicara Indonesia masa depan tidak terlepas dari seberapa maju dan berkembang industrinya. Jadi kalau Bapak Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi menuju 8 persen, pasti backbone-nya salah satunya adalah industri yang semakin kuat dan mandiri dan itu harus kita kawal bersama-sama," ungkapnya.
AHY menambahkan, Indonesia memiliki segala potensi yang harus dioptimalkan bersama, salah satunya menghadirkan industri di kawasan transmigrasi agar bisa menciptakan lapangan pekerjaan.
"Jadi kembali bahwa job creation itu adalah tugas pemerintah tapi juga tugas dunia industri, dunia usaha. Oleh karena itu kebijakan yang pro-jobs harus dilekatkan dengan pro-poor. Tapi pada akhirnya kita berharap kolaborasi yang baik antara Kementerian Transmigrasi dan Kementerian Perindustrian ini bisa menginspirasi yang lainnya," tutur AHY.
AHY mengatakan saat ini Kementerian Transmigrasi sedang mengirimkan 2.000 peneliti yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Patriot (TEP). Langkah ini bertujuan dalam rangka melakukan riset dan pemetaan potensi kawasan transmigrasi untuk mengembangkan pusat ekonomi baru melalui industrialisasi, hilirisasi, dan investasi. Para Patriot Transmigrasi ini terdiri dari mahasiswa, dosen hingga guru besar dari sejumlah universitas terbaik di Tanah Air.
"Rasanya ini akan menjadi baik karena yang sering kita dengar itu link and match antara kampus dengan para pelaku industri. Nah sekarang link and matchnya ditambah dengan para pelaku dan termasuk juga pengelola kawasan transmigrasi. Mudah-mudahan cocok, hadir sentra-sentra pertumbuhan baru, perkuat industri kita, kemandirian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat transmigran dan masyarakat lokal di manapun berada," pungkasnya.
(akd/akd)