loading...
Jet tempur buatan China J-10C (atas) dan jet tempur buatan Prancis Rafale (bawah). Foto/Army Recognition dan Dassault Aviation
JAKARTA - Pengamat Militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi merespons kabar jet tempur buatan China J-10C menembak jatuh jet tempur buatan Prancis Rafale dalam pertempuran Pakistan-India. Dia meminta agar jangan terburu-buru menyimpulkan.
“Terkait laporan yang menyebutkan jet tempur Rafale milik India berhasil ditembak jatuh oleh jet tempur J-10C milik Pakistan, kita tentu perlu mencermatinya secara objektif dan tidak buru-buru menyimpulkan bahwa Rafale inferior atau tidak layak. Ini bukan sekadar soal pesawat A lebih unggul dari pesawat B, melainkan persoalan yang jauh lebih kompleks,” kata Khairul Fahmi kepada SindoNews, Minggu (11/5/2025).
Menurut dia, ada sejumlah hal yang perlu digarisbawahi sebelum menarik kesimpulan. Apalagi, kata dia, dalam konteks Indonesia yang telah memesan 42 unit Rafale dari Prancis.
Baca juga: 3 Jet Tempur Rafale Prancis, 1 MiG-29 dan 1 SU-30 India Ditembak Jatuh Pakistan
Pertama, kemenangan atau kekalahan dalam pertempuran udara tidak serta-merta menunjukkan keunggulan atau kelemahan absolut sebuah platform. Dia membeberkan banyak faktor yang menentukan hasil konfrontasi udara.
“Kemampuan pilot, sistem sensor, dan radar pendukung, integrasi sistem tempur, kecanggihan avionik, kemampuan rudal udara ke udara, hingga situasi taktis saat kejadian termasuk elemen kejutan atau taktik operasional,” ungkapnya.
Baca juga: 6 Perwira Tinggi TNI Angkatan Udara Naik Pangkat dan 4 Pensiun
Dalam insiden ini, lanjut dia, misalnya, bisa saja Pakistan memiliki keunggulan situasional karena bertahan di wilayah udaranya sendiri, atau karena memiliki dukungan intelijen dan radar yang lebih baik dalam momen tersebut.
Baca juga: AS: Jet Tempur J-10 China Milik Pakistan Tembak Jatuh 2 Pesawat India, Salah Satunya Rafale