Idrus Puji Presiden Prabowo Ajak Dialog Tokoh Kritis

1 day ago 8

loading...

Wakil Ketua Umum Partai Golkar Idrus Marham. Foto/Dok SindoNews/Felldy Utama

JAKARTA - Keinginan Presiden Prabowo Subianto mengajak tokoh-tokoh kritis untuk berdialog duduk semeja dipuji oleh Wakil Ketua Umum Partai Golkar Idrus Marham . Idrus berpendapat, hal tersebut menunjukkan kepemimpinan Prabowo yang terbuka dan autentik.

“Ini bukan strategi politik semata. Ini sikap tulus seorang pemimpin yang ingin mendengar langsung berbagai pandangan, termasuk kritik tajam," ujar Idrus, Minggu (13/4/2025).

Langkah awal sudah terlihat saat Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad bertemu dengan Rocky Gerung dan sejumlah pengamat. Idrus melihat inilah bentuk kepemimpinan yang menjadikan dialog sebagai dasar membangun bangsa.

Idrus pun menyoroti bahwa Prabowo tidak cuma ingin membangun koalisi politik, tapi juga koalisi pemikiran. Idrus mengatakan, dialog kritis yang terbuka penting untuk memperkaya kebijakan.

"Koalisi tidak harus soal kursi atau jabatan. Tapi bisa dibangun lewat pertukaran ide dan visi," tuturnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, ajakan Presiden Prabowo tersebut menunjukkan keinginan kuat untuk membangun harmoni dalam perbedaan. Dialog dengan tokoh-tokoh kritis dinilai penting untuk menjaga keseimbangan antara nilai-nilai kebangsaan dan rasionalitas.

"Bangsa ini besar karena perbedaan. Kalau semua diajak bicara, semua akan merasa dilibatkan," imbuhnya.

Menurut dia, Prabowo sedang memberi contoh bagaimana kritik bisa menjadi energi positif. "Kalau semua pihak mau duduk semeja, kita bisa cari solusi, bukan hanya saling serang. Ini yang dibutuhkan bangsa hari,” pungkasnya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia berpendapat bahwa sikap Prabowo dan respons Idrus tersebut sebagai bagian dari upaya menciptakan iklim intelektual yang sehat. "Bukan zamannya lagi kritik cuma jadi tontonan. Harus ada solusi. Harus ada arah," kata Bahlil.

Lebih lanjut Bahlil menuturkan, ajakan dialog ini bukan untuk menumpulkan kritik, tapi justru mendorong tradisi berpikir kritis yang bertanggung jawab. Menurutnya, kebebasan berpikir harus dibarengi etika, bukan emosi.

"Kritik beda dengan umpatan. Mengkritik untuk membangun, bukan menyerang pribadi atau menebar kebencian," pungkasnya.

(rca)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |