China Mengutuk Tarif Baru Trump 54%, Sebut Bentuk Intimidasi Ekonomi

1 week ago 13

loading...

China menggambarkan tarif baru AS sebagai bentuk intimidasi, dengan alasan bahwa tarif tersebut mengancam merusak stabilitas tatanan ekonomi global dan meningkatkan ketegangan perdagangan. Foto/Dok

BEIJING - China menggambarkan tarif impor baru Amerika Serikat (AS) sebagai bentuk intimidasi, dengan alasan bahwa tarif tersebut mengancam merusak stabilitas tatanan ekonomi global dan meningkatkan ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian mengutuk keputusan Washington yang mengenakan tarif 34% pada ekspor China ke AS di atas pungutan 20% yang ada, sehingga total bea masuk menjadi setidaknya 54%.

Tarif itu menurutnya adalah "unilateralisme, proteksionisme, dan intimidasi ekonomi," kata Lin dalam konferensi pers reguler.

Ia juga menambahkan, bahwa tarif itu "berdampak serius pada stabilitas tatanan ekonomi global." Kementerian Keuangan China menyatakan, pada hari Jumat bahwa mereka akan memberlakukan tarif 34% terhadap semua barang yang berasal dari AS. Tarif balasan China terhadap AS itu akan mulai berlaku pada 10 April 2025, mendatang.

Selain itu Beijing juga bakal mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia ( WTO ). Peningkatan sengketa perdagangan telah berdampak langsung pada pasar keuangan global, membuat bursa saham Eropa, AS dan Asia jatuh.

Para ekonom menyuarakan keprihatinan mereka tentang potensi resesi global, dimana Goldman Sachs meningkatkan kemungkinan resesi di AS menjadi 45% dalam 12 bulan ke depan.

Sebuah editorial di surat kabar Global Times mengutarakan, AS telah mengambil pendekatan yang salah untuk mengatasi masalah ekonomi domestiknya seperti daya saing manufaktur yang tidak memadai.

Alih-alih mengatasi masalah melalui reformasi, pemerintah AS "mengelak dari tanggung jawab" dan "mengalihkan kesalahan" dengan menggunakan kenaikan tarif, tulis surat kabar itu.

Aksi balasan Beijing ditujukan untuk "menunjukkan tekadnya yang tegas" untuk tidak mentolerir "pelanggaran sembrono" terhadap aturan perdagangan global oleh AS, tambahnya.

Sementara itu analis pasar telah memperingatkan bahwa tarif tit-for-tat dapat mengganggu rantai pasokan global, meningkatkan harga konsumen, dan memperlambat pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia.

(akr)

Read Entire Article
Pembukuan | Seminar | Prestasi | |