loading...
Manusia itu memiliki dua potensi kekuatan: kekuatan ilmiah nazhariyah (pengetahuan dan pemikiran) dan kekuatan ‘amaliah iradiyah (perbuatan dan kehendak), bila dua kekuatan ini bisa dikembangkan maka potensi dirinya akan sangat besar. Foto ilustrasi/ist
Bagaimana cara melejitkan potensi diri dalam pandangan syariat? Adakah dalil dan panduannya? Dalam pandangan Islam , manusia itu memiliki dua potensi kekuatan: kekuatan ilmiah nazhariyah (pengetahuan dan pemikiran) dan kekuatan ‘amaliah iradiyah (perbuatan dan kehendak). Kebahagiaan yang sempurna bagi manusia sangat tergantung pada penyempurnaan kedua kekuatan ini; kekuatan ilmiah/pengetahuan dan kekuatan iradiyah/kehendak.
Lantas bagaimana caranya? Ustaz Abu Mushlih Ari Wahyudi memberikan penjelasan detail tentang hal tersebut. Berikut penjelasan dai dari Kajian Sunnah ini.
Menurutnya, cara untuk menyempurnakan kekuatan ilmiah hanya bisa dilakukan dengan:
1. Mengenali Zat Yang telah menciptakan dirinya, Nama-nama dan Sifat-sifatNya.
2. Mengetahui jalan yang bisa mengantarkan kepada-Nya.
3. Harus mengerti berbagai rintangan jalan tersebut.
4.Harus mengenali dirinya sendiri.
5. Mengetahui aib-aib yang dimilikinya.
Dengan lima pengetahuan inilah seorang manusia akan bisa memperoleh kesempurnaan kekuatan ilmiah. Orang yang paling berilmu adalah orang yang paling mengerti dan paling paham tentang-Nya.
Sedangkan untuk menyempurnakan kekuatan amaliah iradiyah hanya bisa diraih dengan menjaga hak-hak Alloh subhanahu wa ta’ala yang harus ditunaikan hamba (tauhid dan taat) dan menegakkannya dengan ikhlas, shidq (jujur dan benar), penuh nasihat, ihsan, mutaba’ah (mengikuti tuntunan) dan menyadari serta mengakui karunia Alloh kepada dirinya, menyadari kekurangan dirinya dalam menunaikan hak-hakNya. Sehingga dia pun merasa malu menghadap-Nya dengan pengabdian (yang kurang) seperti itu karena dia menyadari bahwa pengabdiannya itu belum bisa memenuhi hak-Nya sebagaimana seharusnya, bahkan jauh sekali di bawah semestinya.
"Namun tidak mungkin seorang manusia menempuh jalan untuk menyempurnakan kedua kekuatan ini kecuali dengan pertolongan Allah. Allahlah yang memberikan hidayah kepadanya menuju jalan yang lurus/shirathul mustaqim; jalan yang diajarkan Alloh kepada wali-waliNya dan mereka mendapat keistimewaan dengan menempuhnya, Allahlah yang bisa menjauhkan dirinya dari melenceng keluar dari jalan tersebut" papar Ustaz Abu Mushlih beberapa waktu lalu.
Penyimpangan dari jalan lurus itu bisa terjadi dengan rusaknya kekuatan ilmiahnya sehingga dia terjatuh dalam kesesatan. Atau juga penyimpangan itu terjadi karena rusaknya kekuatan amaliahnya sehingga dia berhak mendapatkan murka. Maka kesempurnaan dan kebahagiaan insan tidak mungkin tercapai kecuali dengan terkumpulnya seluruh perkara ini tadi (kekuatan ilmiah dan amaliah serta pertolongan Alloh). Surat Al Fatihah telah mencakup perkara-perkara ini dan menatanya dengan sedemikian bagusnya.
Mengenali Potensi Diri Melalui Ushul Asmaul Husna
Firman Allah Ta’ala, : “Segala puji bagi Allah Rabb penguasa alam, Yang Maha pemurah lagi Maha penyayang, Raja penguasa pada hari pembalasan.” (QS. Al Fatihah: 2-4)
Ayat-ayat ini mengandung landasan yang pertama yaitu mengenali Rabb ta’ala, Nama-Nama, Sifat-Sifat dan perbuatan-perbuatanNya. Nama-Nama Alloh yang tercantum dalam surat ini adalah ushul asma’ul husna (pokok Asma’ul Husna) yaitu: Alloh, Ar Rabb dan Ar Rahman. Makna-makna semua Nama-nama Allah intinya berpusat pada nama-nama ini.
Ustaz Abu Mushlih menjelaskan, nama Allah mengandung sifat Uluhiyah. Alloh, dialah yang berhak dipertuhankan dan diibadahi, yang berhak diesakan dalam beribadah karena berbagai macam sifat ketuhanan melekat di dalam diri-Nya, dan itu semua merupakan sifat kesempurnaan (Taisir Karimirrahman, hal. 39).